PENALARAN
v Pengertian Penalaan
Penalaran adalah proses berpikir yang
bertolak dari pengamatan indera (observasi empiric) yang menghasilkan sejumlah
konsep dan pengertian.berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan berbentuk
proposisi-proposisi yang sejenis,berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui
atau dianggap benar,orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya
tidak diketahui.proses inilah yang disebut menalar. Ada dua metode dalam
penalaran,yaitu deduktif dan induktif. Penalaran Deduktif adalah metode
berpikir yang menerapkan hal-hal yang umum terlebihdahulu untuk seterusnya
dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang khusus. Contoh : -Laptop adalah barang
elektronik dan membutuhkan daya listrik untuk beroperasi -DVD Player adalah
barang elektronik dan membutuhkan daya listrik untuk beroperasi kesimpulan
—> semua barang elektronik membutuhkan daya listrik untuk beroperasi
Penalaran induktif adalah penalaran yang memberlakukan atribut-atribut khusus untuk
hal-hal yang bersifat umum (Smart,1972:64). Penalaran ini lebih banyak berpijak
pada observasi inderawi atau empiri. Dengan kata lain penalaran induktif adalah
proses penarikan kesimpulan dari kasus-kasus yang bersifat individual nyata
menjadi kesimpulan yang bersifat umum.(Suriasumantri, 1985:46).
v Proposisi
adalah
“pernyataan dalam bentuk kalimat yang memiliki arti penuh, serta mempunyai
nilai benar atau salah, dan tidak boleh kedua-duanya”.
Maksud
kedua-duanya ini adalah dalam suatu kalimat proposisi standar tidak boleh
mengandung 2 pernyataan benar dan salah sekaligus.
Rumus ketentuannya :
Q + S + K + P
Keterangan
:
Q :
Pembilang / Jumlah
(ex: sebuah, sesuatu, beberapa, semua, sebagian, salah satu, bilangan satu s.d.
tak terhingga)
Q boleh tidak
ditulis, jika S (subjek) merupakan nama dan subjek yang
pembilang nya sudah jelas berapa jumlahnya :
a. Nama (Pram, Endah, Ken, Missell, dll)
b. Singkatan (PBB, IMF, NATO, RCTI, ITC, NASA, dll)
c. Institusi (DPRD, Presiden RI, Menteri Keuangan RI, Trans TV, Bank Mega,
Alfamart, Sampurna, Garuda Airways, dll)
S :
Subjek adalah sebuah kata atau rangkaian beberapa kata untuk diterangkan atau
kalimat yang dapat berdiri sendiri (tidak menggantung).
K :
Kopula, ada 5 macam : Adalah, ialah, yaitu, itu, merupakan.
P :
Kata benda (tidak boleh kata sifat, kata keterangan, kata kerja).
Contoh :
1. Gedung MPR terletak 500 meter dari jembatan Semanggi.
Jawaban :
1. Cari P (kata
bendanya dulu) : Gedung MPR atau Jembatan Semanggi,
2. Pasang K (kopula)
yang cocok : adalah
3. Bentuk S (subjek)
yang relevan : (lihat contoh)
4. Cari bentuk Q –
nya yang sesuai.
Benar :
Sebuah
+ gedung yang terletak 500 meter dari jembatan Semanggi + adalah + gedung MPR.
v Infrensi dan implikasi
Pengertian Inferensi dan Implikasi
Interferensi
Alwasilah (1985:131) mengetengahkan pengertian interferensi berdasarkan rumusan
Hartman dan Stonk bahwa interferensi merupakan kekeliruan yang disebabkan oleh
adanya kecenderungan membiasakan pengucapan (ujaran) suatu bahasa terhadap
bahasa lain mencakup pengucapan satuan bunyi, tata bahasa, dan kosakata.
Sementara itu, Jendra (1991:109) mengemukakan bahwa interferensi meliputi
berbagai aspek kebahasaan, bisa menyerap dalam bidang tata bunyi (fonologi),
tata bentukan kata (morfologi), tata kalimat (sintaksis), kosakata (leksikon),
dan tata makna (semantik) (Suwito,1985:55).
Interferensi dalam bentuk kalimat
Interferensi dalam bidang ini jarang terjadi. Hal ini memang perlu
dihindari karena pola struktur merupakan ciri utama kemandirian sesuatu bahasa.
Misalnya, Rumahnya ayahnya Ali yang besar sendiri di kampung itu, atau Makanan
itu telah dimakan oleh saya, atau Hal itu saya telah katakan kepadamu kemarin.
Bentuk tersebut merupakan bentuk interferensi karena sebenarnya ada padanan
bentuk tersebut yang dianggap lebih gramatikal yaitu: Rumah ayah Ali yang besar
di kampung ini, Makanan itu telah saya makan, dan Hal itu telah saya katakan
kepadamu kemarin.Terjadinya penyimpangan tersebut disebabkan karena ada padanan
konteks dari bahasa donor, misalnya: Omahe bapake Ali sing gedhe dhewe ing
kampung iku, dan seterusnya
Interferensi Semantik
Berdasarkan bahasa resipien (penyerap) interferensi semantis dapat
dibedakan menjadi,
Jika interferensi terjadi karena bahasa resipien
menyerap konsep kultural beserta namanya dari bahasa lain, yang disebut sebagai
perluasan (ekspansif). Contohnya kata demokrasi, politik, revolusi yang berasal
dari bahasa Yunani-Latin.
Yang perlu mendapat perhatian, interferensi harus
dibedakan dengan alih kode dan campur kode. Alih kode menurut Chaer dan
Agustina (1995:158) adalah peristiwa penggantian bahasa atau ragam bahasa oleh
seorang penutur karena adanya sebab-sebab tertentu, dan dilakukan dengan
sengaja. Sementara itu, campur kode adalah pemakaian dua bahasa atau lebih
dengan saling memasukkan unsur bahasa yang satu ke dalam bahasa yang lain
secara konsisten. Interferensi merupakan topik dalam sosiolinguistik yang
terjadi sebagai akibat pemakaian dua bahasa atau lebih secara bergantian oleh
seorang dwibahasawan, yaitu penutur yang mengenal lebih dari satu bahasa.
Penyebab terjadinya interferensi adalah kemampuan penutur dalam
menggunakan bahasa tertentu sehingga dipengaruhi oleh bahasa lain
(Chaer,1995:158). Biasanya interferensi terjadi dalam penggunaan bahasa kedua,
dan yang menginterferensi adalah bahasa pertama atau bahasa ibu
Implikasi
Perhatikan pernyataan berikut ini: “Jika matahari bersinar maka udara
terasa hangat”, jadi, bila kita tahu bahwa matahari bersinar, kita juga tahu
bahwa udara terasa hangat. Karena itu akan sama artinya jika kalimat di atas
kita tulis sebagai:
“Bila matahari bersinar, udara terasa hangat”.
”Sepanjang waktu matahari bersinar, udara terasa hangat”.
“Matahari bersinar berimplikasi udara terasa hangat”.
“Matahari bersinar hanya jika udara terasa hangat”.
Berdasarkan pernyataan diatas, maka untuk menunjukkan bahwa udara
tersebut hangat adalah cukup dengan menunjukkan bahwa matahari bersinar atau
matahari bersinar merupakan syarat cukup untuk udara terasa hangat.
Sedangkan untuk menunjukkan bahwa matahari bersinar adalah perlu dengan
menunjukkan udara menjadi hangat atau udara terasa hangat merupakan syarat
perlu bagi matahari bersinar. Karena udara dapat menjadi hangat hanya bila
matahari bersinar.
v Wujud
evidensi
Evidensi adalah semua fakta yang ada, semua kesaksian,
semua informasi, atau autoritas, dan sebagainya yang dihubung-hubungkan untuk
membuktikan suatu kebenaran. Dalam argumentasi, seorang penulis boleh
mengandalkan argumentasinya pada pernyataan saja, bila ia menganggap pembaca
sudah mengetahui fakta-faktanya, serta memahami sepenuhnya
kesimpulan-kesimpulan yang diturunkan daripadanya. Evidensi itu berbentuk data
atau informasi, yaitu bahan keterangan yang diperoleh dari suatu sumber
tertentu, biasanya berupa statistik, dan keterangan-keterangan yang dikumpulkan
atau diberikan oleh orang-orang kepada seseorang, semuanya dimasukkan dalam
pengertian data (apa yang diberikan) dan informasi (bahan keterangan).
Dalam wujudnya yang paling rendah evidensi itu
berbentuk data atau informasi. Yang dimaksud dengan data atau informasi adalah
bahan keterangan yang diperoleh dari suatu sumber tertentu. Biasanya semua
bahan informasi berupa statistik, dan keterangan-keterangan yang dikumpulkan
atau diberikan oleh orang-orang kepada seseorang, semuanya di masukkan dalam
pengertian data (apa yang diberikan) dan infromasi (bahan keterangan). Pada
dasarnya semua data dan informasi harus diyakini dan diandalkan kebenarannya.
Untuk itu penulis atau pembicara harus mengadakan pengujian atas data dan
informasi tersebut, apakah semua bahan keteraangan itu merupakan fakta.
Fakta adalah sesuatu yang sesungguhnya terjadi, atau
sesuatu yang ada secara nyata. Bila seorang mengatakan bahwa ia telah melihat
kapal musuh mendarat di sebuah pantai yang sepi, itu baru merupakan informasi.
Ada kemungkinan bahwa bisa terjadi kesalahan dalam
evidensi itu. Dalam hal ini pembela akan mengajukan evidensi yang lain dengan
mengatakan bahwa seorang yang lain telah mencuri pisau itu dan telah
mempergunakannya untuk melakukan pembunuhan. Secara diam-diam pisau itu
dikembalikan dan tanpa sadar telah dipegang oleh pemiliknya itu. Fakta-fakta
yang dipergunakan sama, hanya proses penalaran yang disusun berdasarkan
fakta-fakta itu berlainan.
v Cara
menguji data
a. Observasi
Fakta-fakta yang diajukan sebagai
evidensi mungkin belum memuaskan seorang pengarang atau penulis. Untuk lebih
meyakinkan dirinya sendiri dan sekaligus dapat menggunakannya sebaik-baiknya
dalam usaha meyakinkan para pembaca, maka kadang-kadang pengarang merasa perlu
untuk mengadakan peninjauan atau observasi singkat untuk mengecek data atu
informasi itu.
Tiap pengarang atau penulis harus
mengadakan pengujian lagi dengan mengobservasi sendiri data atau informasi itu.
Sesudah mengadakan observasi, pengarang dapat menentukan sikap apakah informasi
atau data itu sesungguhnya merupakan fakta atau tidak, atau barangkali hanya
sebagian saja yang benar sedangkan sebagian lain hanya didasarkan pada perasaan
dan prasangka para informan.
b. Kesaksian
Keharusan menguji data dan informasi,
tidak selalu harus dilakukan dengan observasi. Kadang-kadang sangat sulit untuk
mengharuskan seseorang mengadakn obeservasi atas obyek yang akan dibicarakan.
Kesulitan itu terjadi karena waktu, tempat, dan biaya yang harus dikeluarkan.
Untuk mengatasi hal itu penulis atau pengarang dapat melakukan pengujian dengan
meminta kesaksian atau keterangan dari orang lain, yang tidak mengalami sendiri
atau menyelidiki sendiri persoalan itu.
Demikian pula halnya dengan semua pengarang
atau penulis. Untuk memperkuat evidensinya, mereka dapat mempergunakan
kesaksian-kesaksian orang lain yang telah mengalami sendiri perisitiwa
tersebut.
c. Autoritas
Cara ketiga yang dapat dipergunakan
untuk menguji fakta dalam usaha menyusun evidensi adalah meminta pendapat dari
suatu autoritas, yakni pendapat dari seorang ahli, atau mereka yang telah
menyelidiki fakta-fakta itu dengan cermat, memperhatikan semua kesaksian,
menilai semua fakta kemudian memberikan pendapat mereka sesuai dengan keahlian
mereka dalam bidang itu.
v Cara
menguji Fakta
a. Konsistensi
Dasar pertama yang dipakai untuk menetapkan fakta mana
yang akan dipakai sebagai evidensi adalah kekonsistenan. Sebuah argumentasi
akan kuat dan mempunyai tenaga persuasif yang tinggi, kalau
evidensi-evidensinya bersifat konsisten, tidak ada satu evidensi bertentangan
atau melemahkan evidensi yang lain.
b. Koherensi
Dasar kedua yang dapat dipakai untuk mengadakan
penilaian fakta mana yang dapat dipergunakan sebagai evidensi adalah masalah
koherensi. Semua fakta yang akan digunakan sebagai evidensi adalah masalah
koherensi. Semua fakta yang akan dipergunakan sebagai evidensi harus pula
koheren dengan pengalaman-pengalaman manusia, atau sesuai dengan pandangan atau
sikap yang berlaku. Bila penulis menginginkan agar sesuatu hal dapat diterima,
ia harus meyakinkan pembaca bahwa karena pembaca setuju atau menerima
fakta-fakta dan jalan pikiran yang menemukakannya, maka secara konsekuen pula
pembaca harus menerima hal lain, yaitu konklusinya.
v Cara
menguji otoritas
a. Tidak Mengandung Prasangka
dasar pertama yang perlu diketahui oleh penulis adalah
bahwa pendapat autoritas sama sekali tidak boleh mengandung prasangka. Yang
tidak mengandung prasangka artinya pendapat itu disusun berdasarkan hasil
penelitian yang dilakukan oleh ahli itu sendiri, atau didasarkan pada
hasil-hasil eksperimental yang dilakukannya. Pengertian tidak mengandung
prasangka juga mencakup hal lain, yaitu bahwa autoritas itu tidak boleh
memperoleh keuntungan pribadi dari data-data eksperimentalnya.
b. Pengalaman dan Pendidikan Autoritas
dasar kedua yang harus diperhitungkan penulis untuk
menilai pendapat suatu autoritas adalah menyangkut pengalaman dan pendidikan
autoritas. Pendidikan yang diperolehnya harus dikembangkan lebih lanjut dalam
kegiatan-kegiatan sebagai seorang ahli yang diperoleh melalui pendidikannya
tadi.
Walaupun jaman kita ini sudah begitu condong atau
cenderung dengan berbagai macam spesifikasi, namun kita tidak boleh mengabaikan
keahlian seseorang dalam beberapa macam bidang tertentu.
c. Kemashuran dan Prestise
faktor ketiga yang harus diperhatikan oleh penulis
untuk menilai autoritas adalah meneliti apakah pernyataan atau pendapat yang
akan dikutip sebagai autoritas itu hanya sekedar bersembunyi di balik kemashuran
dan prestise pribadi di bidang lain.
Sering terjadi bahwa seseorang yang menjadi terkenal
karena prestise tertentu, dianggap berwenang pula dalam segala bidang. Seorang
yang menjadi terkenal karena memperoleh lima medali emas berturut-turut dalam
pertandingan lomba lari jarak lima ribu meter, diminta pendapatnya tentang
cara-cara pemberantasan korupsi.
d. Koherensi dengan Kemajuan
hal keempat yang perlu diperhatikan penulis
argumentasi adalah apakah pendapat yang diberikan autoritas itu sejalan dengan
perkembangan dan kemajuan jaman, atau koheren dengan pendapat atau sikap
terakhir dalam bidang itu.
Pengetahuan dan pendapat terakhir tidak selalu berarti
bahwa pendapat itulah yang terbaik. Tetapi harus diakui bahwa pendapat-pendapat
terakhir dari ahli-ahli dalam bidang yang sama lebih dapat diandalkan, karena
autoritas-autoritas semacam itu memperoleh kesempatan yang paling baik untuk
membandingkan semua pendapat sebelumnya, dengan segala kebaikan dan
keburukannya atau kelemahannya, sehingga mereka dapat mencetuskan suatu
pendapat yang lebih baik, yang lebih dapat dipertanggung jawabkan.
Sebab itu untuk memberi evaluasi yang tepat terhadap
autoritas yang dikutip, pengarang harus menyebut nama autoritas, gelar,
kedudukatif, dan sumber khusus tempat kutipan itu dijumpai. Bila mungkin
penulis harus mengutip setepat-tepatnya kata-kata atau kalimat autoritas
tersebut.
Untuk memperlihatkan bahwa penulis sungguh-sungguh
siap dengan persoalan yang tengah diargumentasikan, maka sebaiknya seluruh
argumentasi itu jangan didasarkan hanya pada satu autoritas.
Pertanyaan :
1.
Penalaran adalah.....................................
a.
proses berpikir yang bertolak dari
pengamatan indera (observasi empiric) yang menghasilkan sejumlah konsep dan
pengertian.*
b.
proses berpikir yang bertolak dari
pengamatan indera (observasi empiric) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pemberitahuan.
c.
proses berpikir yang bertolak dari
pengamatan indera (observasi empiric) yang menghasilkan sejumlah konsep dan tata
cara.
d.
proses berpikir yang bertolak dari
pengamatan indera (observasi empiric) yang menghasilkan sejumlah informasi.
2.
Ada dua metode dalam penalaran
yaitu........................
a.
Deduktif dan induktif. *
b.
Dedukrif dan sinomim
c.
Paragaf dan induktif
d.
Campuran dan induktif
3.
Pernyataan
dalam bentuk kalimat yang memiliki arti penuh, serta mempunyai nilai benar atau
salah, dan tidak boleh kedua-duanya disebut....
a.
Penalaran
b.
Penjelasan
c.
Proposisi
*
d.
Epidensi
4.
Apa saja tiga cara menguji data?
a.
Sampel,random,berurutan
b.
Observasi,kesaksian,autoritas *
c.
Observasi,sempel,autoritas
d.
Sempel,kesaksian,autoritas
5.
Semua fakta yang ada, semua kesaksian, semua informasi,
atau autoritas, dan sebagainya yang dihubung-hubungkan untuk membuktikan suatu
kebenaran adalah..........
a.
Observasi
b.
Proposisis
c.
Kesaksiaan
d.
Otoritas